Jomblo Dan Mulai Menua
***
Rasanya jadi jomblo di usia dimana temen-temen seangkatan lu udah pada nikah itu ngeselin abis men, serius. Apa lagi tiap minggu ada aja, undangan nikah yang mampir ke rumah lu. Dan yang paling ngeselin. Di cover depannya itu loh, pasti keselip nama lu berserta "partner" yang kayaknya wajib banget buat diajak dateng. Bangsat !
"Nggak enak men, asli. Nggak enak"
Belum lagi temen-temen, saudara, dan keluarga lu. Mendadak sok - sok bijak nasehatin lu ala-ala motivator - motivator gitu.
"Gua bukannya kebanyakan milih. Atau, selera gua terlalu tinggi. Bukan. Serius. Bukan itu masalahnya."
Gini loh, gua ini udah renta. Gua udah muak punya hubungan yang gitu-gitu aja.
Kenalan - pdkt - check in di hotel - jadian - putus - kenalan lagi. Begitu aja terus.
Gua udah cukup bahagia dengan diri gua sendiri. Dan gua males harus dituntut untuk bisa ngebahagian pasangan gua nanti. Logikanya gini, kalo lu udah bahagia dengan diri lu sendiri. Nanti, ketika lu punya pasangan. Lu nggak bakalan ngemis-ngemis untuk bisa selalu dibahagiain sama pasangan lu.
"Kalo ditanya, nggak bosen apa sendirian terus ?"
ya pasti pernah lah. Tapi sedikit ada rasa khawatir, ketika nanti, gua udah terlalu bergantung sama orang lain. Dan ketika dia pergi? Gua bingung dan nggak tau gimana caranya bisa bahagia kembali.
Lagian, punya pasangan di usia kayak gini itu. Bukan cuma soal "haha - hihi - check in di hotel -haha - hihi" doang. Tapi harus lebih dari itu.
"We've grown up. We need a partner who would save each other to survive this tough life. We don't need partner who treatment us like a baby. Cause i won't treat them so." - Alit Susanto
Comments
Post a Comment