Mengenal Hikikomori Fenomena Mengasingkan Diri Di Jepang

Di Jepang, ada sekelompok orang yang memilih menutup diri dari dunia luar. Dikenal dengan sebutan hikikomori, orang-orang ini tidak terlibat sama sekali dalam kehidupan bermasyarakat, setidaknya selama setahun. Mereka hanya diam di rumah dan bergantung kepada orangtua.

Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini adalah para remaja yang berada pada kisaran usia 20-29 tahun. Bahkan ada beberapa kasus hikikomori di derita oleh orang yang telah berusia lebih dari 50 tahun, di mana ia telah puluhan tahun menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Fakta selanjutnya menyebutkan bahwa penderita hikikomori ini lebih banyak di derita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Mereka juga kebanyakan berasa dari keluarga yang berpendidikan tinggi.

fotografer Maika Elan mengamati kehidupan di sana. Ia mengatakan: "Selalu ada dua sisi yang saling bertentangan. Modern dan tradisional, padat tapi juga kesepian. Restoran dan bar selalu penuh, tapi jika Anda mengamati lebih dekat, kebanyakan orang makan sendiri-sendiri. Dan di jalanan, tidak peduli jam berapa, Anda selalu menemukan karyawan yang kelelahan."

Alasan lainnya mungkin karena pergeseran budaya di Jepang--dari masyarakat kolektif menjadi individualis. "Di Jepang, di mana keseragaman sangat dihargai, reputasi dan penampilan luar menjadi hal yang sangat penting. Bagi sebagian orang, pemberontakan hadir dalam bentuk kebisuan, seperti yang dilakukan hikikomori," paparnya. 

"Semakin lama hikikomori terpisah dari masyarakat, semakin mereka merasa gagal. Mereka akan kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya semakin takut keluar dari rumah. Tinggal di dalam kamar akan membuat mereka merasa 'aman'," papar Elan.

Situasi ini bukan sesuatu yang unik di Jepang, meskipun termasuk masalah akut. Elan mengutip banyak alasan mengapa fenomena hikikomori terjadi, di antaranya: semakin banyak keluarga yang hanya memiliki satu putra dan para orangtua menaruh semua harapan dan impiannya kepada mereka, beberapa anak tidak memiliki panutan karena ayah mereka bekerja siang dan malam, sistem patriarki, serta beban tanggung jawab ekonomi sebagai kepala rumah tangga.

Comments

POPULER OF THIS MONTH