Rupa Diabaikan
Akhirnya hari ini tiba juga.
Semua kaki melangkah pergi.
Gelak tawa berganti sepi.
Kalimat "selamat pagi" tak lagi terlalu berarti.
Kita berhenti.
Kau memilih mengakhiri mimpi yang dulunya selalu kau teriakan disetiap pagi. Mimpi-mimpi, yang kau bilang harus diperjuangkan setiap hari.
Aku mulai kehilangan rupa akan makna 'menerima' setelahnya. Memilih lebih percaya, bahwa disetiap kebersamaan memang benar selalu ada apa-apanya. Entah karena rupa, harta, atau mungkin warisan dari orangtua.
Pun demikian, bukan berarti aku anti kemapanan. Aku bukan pemilik paham nyeleneh yang beranggapan, 'hanya karna Tuhan menghadiahimu rupa yang menawan, lalu aku tidak lagi butuh makan'.
Tidak. Aku tidak berlogika serendah itu.
Kepalaku masih waras.
Logika ku masih mampu mencerna segala hal dengan baik. Terkecuali melepasmu.
Aku masih belum mampu berdamai dengan hal itu..
Comments
Post a Comment