Menua Dengan Diri Sendiri
Lu pasti pernah denger kan, istilah 'makin kita tua, ruang lingkup kita itu, makin sedikit aja'
Kalo dulu selalu ada aja yang bisa diajak buat haha-hihi tiap hari. Sekarang, makin sering nyaman ngopi sendiri.
Makin kita tua, semesta kayaknya emang memaksa kita untuk berdamai dengan kesendirian. Memaksa kita untuk selalu berkompromi bahwa hal-hal yang dulunya selalu kita senangi, udah mulai harus dikurangi.
By the way, ini buat lu yang belum punya pasangan ya. Kalo lu udah punya pasangan, kayaknya gak bakalan relate. Mending skip aja deh~
Setelah satu per satu kursi mulai menepi. Banyak banget moment di mana kayaknya kita, emang harus mulai memperhatikan diri sendiri setelah ini. Selain, 'kita harus sukses bareng-bareng' kalo dulu kata mereka. Ya, emang udah waktunya kita harus berhenti pura-pura bahagia, lalu menjadi manusia sesungguhnya. Iya kan?
I mean like, work 9-5 every day.
Berkutat dengan segala tagihan bulanan yang sebelum-sebelumnya, gak pernah kita pusingkan. Maksut gua, yang kalo dulu tiap ada apa-apa tinggal teriak sama orang tua, sekarang giliran kita yang ganti peran mereka.
Awalnya, berat. Berat banget malahan.
Tiba-tiba dipaksa menopang seluruh dunia sendirian. Dipaksa mengobati luka sendiri, dipaksa menghapus isakmu sendiri di tengah gelapnya hari.
Menekan tombol 'pause' atau 'next' adalah hal yang sangat menggiurkan di masa kayak gini.
Tapi kenyataanya hidup tidak sesemu itu. Suka enggak suka, mau gak mau. Hal-hal yang sedang memutarimu itu akan terus berjalan.
Kalau kata orang waktu akan menyembuhkan? Enggak, buat gua. Buat gua, kita cuma makin terbiasa aja dalam menerima luka. Lalu akhirnya kita akan terbiasa dan menganggap luka adalah hal yang biasa.
Dan di akhir hari nanti, tetap saja semesta akan memaksa kita untuk menguatkan diri sendiri. Jangan manja. Dunia gak berputar di dirimu seorang. Angkat dagumu dan mulai tersenyum lah ~
Comments
Post a Comment