Tempat Pulang Paling Tenang Ya, Hanya Diri Sendiri
Sulit rasanya untuk tetap bergembira
ketika kita masih dikelilingi oleh orang-orang
yang merasa, berhak untuk kita bahagiakan
disaat kita mampu tertawa sedikit saja; seolah kita tak boleh punya ingin -- seolah bahagia mereka adalah tanggung jawab kita.
Suka sebel sama diri sendiri, tapi ya ... Lagi-lagi berulang juga. Lagi-lagi dipaksa mengabaikan ingin dan lebih mentingin perasaan yang lain.
Kadang bosen bercampur kesel kalo baca quotes-quotes selflove. Tai lah!
Gimana caranya bisa mencintai diri sendiri kalo begini keadaannya coba?
Selalu dipaksa berkompromi dengan realita.
Selalu dipaksa haha-hihi biarpun diperlakukan layaknya keset di tiap masa.
Tapi lagi-lagi, cuma bisa bilang, yaudah lah.
Gapapa lah, mau gimana lagi coba?
Cuman kalimat itu yang selalu bisa nguatin sampe di titik ini. Lagi-lagi semuanya dipendem sendiri. Ditelen sendiri.
Karna cerita juga kadang, cuma nambah-nambahin masalah ujungnya.
Dan hal ini yang belakangan ini mulai gua lebih gali lagi, mulai lebih gua pahami lagi.
Bahwa, satu-satunya tempat bertahan, satu-satunya tempat pulang paling tenang ya, hanya diri sendiri.
Comments
Post a Comment