Mitos Soal Sperma Yang Masih Banyak Dipercaya

Ada banyak mitos yang beredar seputar sperma, mulai dari bentuk, produksi, hingga hal-hal yang bisa memengaruhi kesehatan reproduksi pria. Sayangnya, masih banyak orang yang percaya dan kesulitan untuk membedakan antara mitos dan fakta dari sperma. Alhasil, kepercayaan yang salah seringkali beredar dan tak jarang membuat kebingungan. 

Salah informasi terkait hal ini juga bisa saja menyebabkan seorang pria salah dalam melakukan perawatan maupun pengobatan saat muncul masalah pada area reproduksi. Nah, untuk menghindari hal tersebut, penting untuk mengetahui dan mengenali apa saja mitos-mitos terkait sperma.

Ada sejumlah informasi kurang tepat atau mitos seputar sperma yang beredar dan masih saja dipercaya, di antaranya

• Celana Memengaruhi Jumlah Sperma

Ada mitos yang menyebut bahwa penggunaan celana tertentu bisa menyebabkan penurunan jumlah sperma. Katanya, hal ini bisa terjadi karena kebiasaan mengenakan pakaian dalam atau celana yang terlalu ketat. Kabar baiknya, belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan bahwa hal tersebut benar adanya. Dengan kata lain, penurunan jumlah sperma karena penggunaan celana ketat mitos belaka. 

• Pra-ejakulasi Tidak Menyebabkan Hamil

Dalam reproduksi, sperma berperan dalam proses pembuahan yang nantinya akan menyebabkan kehamilan. Namun, ada yang percaya bahwa pra-ejakulasi tidak bisa memicu kehamilan. Sekali lagi, hal itu adalah mitos. Pra-ejakulasi adalah kondisi ketika Mr P mengeluarkan atau melepaskan sejumlah kecil cairan sebelum ejakulasi.

Nah, cairan tersebut memang tidak bekerja seperti sperma, tapi tetap bisa membawa sperma sehat. Artinya, masih ada kemungkinan cairan ini membawa sperma dan bisa saja menyebabkan kehamilan, meskipun peluangnya sangat kecil. 

• Sperma Pasti Aktif dan Perenang Hebat

Ada kesan bahwa sperma pasti aktif bergerak dan berenang mengarah ke sel telur atau tempat terjadinya pembuahan. Faktanya, ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar? Setiap hari, tubuh laki-laki memproduksi jutaan sel sperma yang bisa bergerak menggunakan ekor atau flagellum. Bagian inilah yang memungkinkan sperma melakukan perjalanan kemudian masuk ke organ reproduksi wanita.

Kendati begitu, ternyata ada kondisi ketika sperma tidak bisa bergerak atau tidak bisa berenang sama sekali. Malahan, sperma bisa saja hanya bergerak secara pasif ke arah sel telur.

• Usia Tidak Memengaruhi Produksi Sperma

Ada juga yang percaya bahwa usia tidak memengaruhi produksi sperma. Malahan, pria yang berusia lebih tua disebut bisa menghasilkan jumlah sperma yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang berusia lebih muda. Namun, ini adalah mitos belaka. Nyatanya, kualitas sperma bisa mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia.

Kondisi kesehatan dan kualitas sperma nyatanya juga dipengaruhi oleh gaya hidup yang dijalani, salah satunya kebiasaan merokok. Nyatanya, pria yang aktif merokok disebut lebih mungkin mengalami penurunan kualitas sperma. Hal ini terjadi karena pengaruh dari kandungan zat dalam rokok, termasuk timah, kadmium, dan nikotin. Aktif merokok bisa menyebabkan penurunan kualitas sperma, mulai dari konsentrasi, pergerakan, bentuk, hingga materi pembentuk (DNA) sperma.

Penting untuk selalu menjaga dan memastikan kesehatan organ reproduksi maupun kualitas sperma. Salah satunya adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan ke dokter. Kamu bisa mencari rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan secara berkala.








Sumber 👉 halodoc. com

Comments

POPULER OF THIS MONTH