Bocah Kecil Dan Ukulelenya
Orang-orang sibuk memaki. Para ahli ibadah ikut meneriaki. "Apa yang salah?" Ujar lelaki kecil itu menjauh pergi. Langkahnya tertunduk malu. Tiap jejak yang dilewati terasa begitu pilu. Sembari menggenggam ukulele kecil di tangan kirinya, jemari kanannya sesekali menghapus isak yang mulai memenuhi muka.
Ia hanya mencoba bersuara.
Melantunkan nada sumbang yang tidak akan membunuh orang. "Apanya yang salah?"
Tak berlarut lama atau menggenggam pilu selamanya. Ia menghampiri kerumunan lain.
Lagi-lagi tak diterima. Lagi-lagi manusia dewasa itu mengabaikannya. Dengan tatapan rendah, seorang pedagang kaki lima melemparkan koin lima ratus tepat di mukanya.
Bocah kecil yang hanya sekedar membantu dirinya sendiri saja itu tak bergeming kala seluruh kendaraan sibuk melewatinya.
Sesekali arah matanya memerhatikan seorang anak kecil yang sibuk bermain game di pinggiran taman. Mungkin seumuran. Pikirnya dalam hati. Lengkap bersama ayah ibunya, serta kakak perempuannya yang sedang sibuk mengambil gambar di sekitaran taman.
Tatapan sayu.
Tak berarti memang.
Namun seolah berkata, "apanya yang salah?"
Comments
Post a Comment