kota Tak Bernama
Menjajaki sebuah kota tanpa nama.
Bercerita seorang diri dengan mata berkaca.
Aku hari ini sedang berduka.
Sudah. Seisi bumi terus melangkah seperti biasa. Tidak ada yang peduli.
Kecuali rupamu cantik jelita.
Sungguh sebuah hari yang buruk rupa.
Bahkan untuk sebuah kota tak bernama yang cukup jelita, tetap saja tak mampu menghilangkan gundahnya. Ia masih membusuk di sana.
Kalau-kalau organ dalamnya bisa bicara? pastilah ia sudah dicaci penuh murka.
Namanya kelana.
Wanita setengah dewasa yang baru saja menyelesaikan s2nya di Yogyakarta.
Ia punya mimpi ingin membangun dunia tanpa derita. Menghilangkan segala prasangka yang biasanya didapat melalui bertatap mata.
Bukan tanpa rencana. Seminggu setelah ia menjejakan kaki di kota tak bernama, ia langsung membantu seorang wanita renta mencarikan kopernya yang hampir tertinggal di kereta.
Kelana tau benar soal menjaga. Ia paham bagaimana kehilangan dan seluruh seisi dunia menutup mata.
Perihal hilang dan menghilangkan, Kelana dulu ahlinya. Ia mudah percaya. Ia terlalu banyak percaya bahwa semesta akan selalu memihak kepadanya. Bahkan ketika hatinya dipatahkan oleh seorang pria yang pandai membual? ia masih saja percaya suatu hari nanti akan tetap disatukan.
Kota tak bernama ini jadi usaha terakhirnya untuk kembali bisa percaya. Setelah banyaknya hari buruk yang telah dilaluinya, ia masih ingin berharap semesta mampu memperbaikinya.
Ia masih ingin beranggapan bahwa apa-apa yang telah ia terima hanya sebuah cara agar ia lebih memperbaiki dirinya.
Kelana dan pikiran sehatnya.
Yahh, .. siapa juga yang akan menyalahkannya? Siapa juga yang ingin mematahkan hati kecilnya yang entah untuk kesekian kalinya?
Comments
Post a Comment