You Play Drama You Get Karma
"Iya ! Kan saya udah bilang dari kemaren, mas. Kalo ada uang saya bayar. Saya bayar !.."
Teriak seorang pria tua kepada pria berbadan tegap di depannya.
"...semua juga kalo ada uang dibayar pak. Bapak telatnya udah 3 bulan lho ini. Masa masih kurang waktunya pak?"
"Braaakkk !!"
Pintu rumah si pria tua tersebut dibanting tertutup.
Si pria berbadan tegap tersebut menuliskan sesuatu lalu menempelkanya di depan rumah pria tua itu.
Lalu kemudian ia pergi dengan wajah muramnya.
Pria tua itu bernama pak Toni, tetangga gua. Emang udah hampir enam bulan belakangan. Para debt collector mondar-mondair ngedatengin rumah pak Toni ini.
Sepengetahuan gua, pak Toni ini pemilik toko matrial gitu, dan lumayan rame, Dulunya.
Dan pemandangan para debt collector mondar-mandir kerumahnya ini sih sebenernya, bukan kali pertama.
Karna yang gua tau, pak Toni ini cukup aktif sebagai debitur disegala macam leasing.
Furniture, gadget, dan kendaraan. Rata-rata hasil dari doi nyicil di leasing tersebut.
Dan menurut cerita dari pada debt collector, pak Toni ini emang nasabah yang gak terlalu tertib (telat terus pembayaranya).
Dan hal yang paling gua inget. Sebelum usaha doi collaps kayak sekarang ini itu, pas ada salah satu debt collector yang nyoba nagih tunggakannya doi.
Dan malah di teriakin maling.
Warga yang lagi ngumpul disitu, langsung pada spontan dong dan langsung ngegebukin si debt collector itu gak pake nanya-nanya.
Syukurnya gak sampe parah banget, maksut gua, gak sampe bonyok banget lah, karna ada salah satu warga yang ngenalin tuh debt collector dan nyoba ngelerai warga.
Semenjak dari situ (kejadian itu) warga sini udah mulai gak respect sama doi.
Logikanya gini deh, namanya orang punya hutang ya ditagih lah. Kalo emang gak mau ditagih? Ya jangan ngutang, atau seenggaknya jangan telat, biar gak ditagih.
Bener dong gua?
Apa lagi gua mikirnya, kasian si debt collectornya juga, dia kan juga kerja. Nyari uang buat keluarganya dirumah.
Emang gak bisa diomongin baik-baik apa?
Gua juga pernah punya tanggungan dan telat, tapi begitu ada debt collector yang kerumah gua, gua perlakukan dia layaknya manusia pada umumnya. Karna gua paham, ini orang juga kerja, nyari duit, sama kayak gua.
Kecuali emang si debt collectornya yang mulai duluan (kasar), nah kalo itu sih beda cerita deh.
Balik lagi ke ceritanya pak Toni.
Setelah kejadian itu (pemukulan/pengeroyokan) gua perhatiin sih, usaha doi mulai sepi. Efek warga yang mulai gak respect sama doi dan mulai males belanja ke tokonya atau, entah emang ini adalah "teguran dari tuhan", gua juga gak ngerti deh.
Mulai dari situ, usaha pak Toni ini emang makin collaps.
Ada pribahasa tua yang mengatakan, "apa yang kamu tanam, itu lah yang nantinya akan kamu tuai.."
Gua selalu percaya, hukum alam itu benar dan nyata adanya.
Dan bisa jadi, apa yang dialami pak Toni ini adalah hasil dari apa yang ia tanam sebelumnya.
Mungkin kalau aja dia gak nunda-nunda hak orang lain, dalam artian selalu menyelesaikan kewajibannya (membayar hutangnya) , bisa jadi kehidupan doi gak terpuruk seperti ini.
Comments
Post a Comment