Belum Ada Alasan Sebaik-baiknya Kamu



Pagi tipis-tipis mulai mengintip dari sudut langit. Waktu terasa begitu singkat sekali tiap aku bersamamu. "Aku balik ke kamar, yah?" Ucapmu, memecah kesunyian dini hari ini.
Aku hanya tersenyum kecil, lalu mempersilahkanmu berlalu.

Memandangi punggungmu tak pernah serindu ini. Entahlah, .. apa karna semalam kamu berhasil membuatku takjub dengan kalimat-kalimat penyemangatmu, atau memang aku selalu merindumu segila ini? Akh.. Aku masih belum mampu menjawabnya.

Beberapa jam sesudahnya, kau sudah berpakaian rapi lengkap dengan sweater abu-abu bergambar kucing kesayanganmu itu, berdiri di depan kamarku.
Aku masih sedikit geram akibat tidurku yang belum sempurna ini ketika kau menyuruhku mandi serta bersiap-siap berangkat kerja.
Tapi ketika mencium minyak wangi beraroma angel heart favoritmu itu, aku seketika mereda.

Malah menarikmu erat dalam dekapanku beberapa saat, lalu berlalu..

***

Hari ini waktu terasa begitu lambat. 
Lambat-lambat yang terngiang di kepalaku malah senyum manismu itu.
"Bray! Ke basement (kantin karyawan) yuk. Laper gua.." Ujar Ari, teman kerjaku yang juga memecah lamunanku seketika.

"Gila! Baru jam 1 siang ternyata?" Batinku ketika melirik jam di tangan kiriku.
Rasanya hampir seharian aku terjebak dengan tumpukan kertas ini, dan masih belum ada tanda-tanda akan selesai kapan?
Sembari melirik sinis meja kerjaku yang mulai tidak karuan ini.

**

Sore berlalu, aku sudah siap sedia menunggumu di parkiran. Samar-samar wajah ramah yang tak asing itu mulai muncul dari kejauhan. "Padahal hari ini aku tahu benar, betapa lelahnya kamu hari ini. Lalu apa yang membuatmu tetap mampu tersenyum riang seperti itu?" Pikirku, ketika melihat wajah ramahmu dari kejauhan.

".. Kok bengong? Jadi pulang gak?"

Aku hanya tersenyum kecil, sembari memberimu helm bergambar kucing kesayanganmu itu.
"Mampir ke kosannya si Ina dulu, gapapa yah? Flashdisk aku ketinggalan soalnya.."

*

Malam ini tepat sebulan berlalu sejak obrolan terakhir kita itu. Setelah suster di rumah sakit memberitakan betapa beruntungnya aku selamat dari kelalaian supir angkot yang tiba-tiba menghantam sepeda motor matic ku dari belakang.
Tidak denganmu.
Tuhan memilih memulangkanmu lebih awal ketimbang membuat kita bersatu.
Seketika tangisku pecah.
Aku masih belum mampu percaya kini kita tidak lagi bisa saling bercerita.
Tidak lagi mampu saling menyapa di dunia nyata.
Dan aku juga masih belum menemukan alasan untuk bangun ku yang lebih pagi, tanpa adanya kamu di sisi ...


                                      - Banten, Februari 2017

Comments

POPULER OF THIS MONTH