Mencari Rumah


Kadang gua sering kepikiran. Di dunia ini banyak banget orang-orang yang gak suka sama gua.
Ngebenci gua, kesel sama gua, even orang itu gak kenal sama gua, gua yakin mereka gak pernah suka sama gua. Gak tahu kenapa, gua sering banget mikirin itu.

Dan hasilnya, semakin ke sini, gua sering ngerasa gak punya tempat ( rumah ).

Prolog
Bagian I
Bagian II
Bagian III
Bagian IV
Bagian V
Bagian VI
Bagian VII

Gua cukup sering berpindah-pindah tempat.
Dari mulai kecil, sekitaran umur 5 atau 6 tahun-an gitu, orang tua gua pisah ( cerai ). Dan al-hasil,  gua dititip-in ke nenek gua yang di Aceh. Selepas naik kelas 1 SMP, bokap gua nawarin buat tinggal sama doi, di Tangerang.
Berawal dari rasa penasaran gimana rasanya punya orang tua, Berangkatlah gua ke sana.

Gak ada perasaan macem-macem apa lagi anxiety yang selalu menggerogoti gua seperti sekarang. Masa SMP gua bisa dibilang adalah masa-masa paling membahagiakan buat gua.
Yang dulunya gua di Aceh pas tinggal sama nenek gua, hidup gua biasa-biasa aja. Di sini, pas tinggal bareng bokap gua, hidup gua serba berkecukupan.
Keuangan bokap gua pada saat itu bisa dibilang baik-baik aja, malah, serba berkelebihan.
Istilahnya, tiap kali gua pengen "ini", "itu" tinggal tunjuk aja.

Tapi emang kata orang, namanya hidup, ada saat kita di atas, dan ada pula saatnya kita akan di bawah.

Gak butuh waktu lama, sekitar setahun kemudian, atau tepatnya pas gua mau naik kelas 3 SMP, bisnis bokap gua mulai collaps. Tagihan ini, itu mulai banyak berdatengan ke rumah gua.
Para debt collector yang mulai dari ramah banget, sampe yang paling galak. Pernah nyamperin ke rumah gua.

Bahkan gua hampir putus sekolah pada saat itu, sangking collapsnya usaha bokap.
Uang SPP dan segala macem, nunggak 3 bulan lebih. Gua yang pada saat itu berumur 14 tahunan, bingung mau ngapain. Di rumah, bokap dan nyokap ( tiri ) gua mulai sering berantem.
Belum lagi para debt collector yang silih berganti dateng ke rumah gua bikin gua makin frustasi.

Mungkin itu lah awal-awal gua mengidap anxiety atau sejenis depresi gitu.

Perilaku gua juga mulai berubah saat itu. Dan gua menyadari itu. Dulu, pas tinggal bareng sama nenek gua, gua adalah seorang anak yang lumayan ceria, walau gak ceria-ceria banget.
At least, gua tahu bagaimana caranya bisa bahagia.
Dan di sini, apalagi semenjak kejadian ini. Gua mulai sering bolos sekolah. Mulai nyobain ngerokok, nyobain apa aja yang bisa bikin otak gua berhenti mikirin semua kekacauan ini.
Dan gak jarang, gua bersikap impulsif ke orang lain. Menciptakan kebohongan-kebohongan, untuk menyenangkan orang lain.

Tujuan gua cuma satu pada saat itu.
Gua gak mau orang lain kasihan sama gua.
Gua gak mau nerima rasa "iba" dari siapapun.
Dan itu berlaku hingga sampai saat ini.

Karna pada saat itu keadaan bener-bener kacau, bokap-nyokap gua mulai makin keras ributnya. Tekanan dari para debt collector juga, sampe gua pernah di tinggal pergi berhari-hari sama bokap-nyokap gua sendirian. Akhirnya saudara gua, ngebawa gua ke tempat mereka.

Dan disaat itu lah, pertama kalinya gua ngerasa gak punya "rumah".
Ngerasa gak berharga,
Dan mulai sering berpikir soal kematian ( suicide ).



#Lanjut ke part berikutnya

Comments

POPULER OF THIS MONTH